Cinta….

Mengenalmu……

Ku mengerti arti SAYANG

Bersamamu….

Ku mengerti arti CINTA

Mencintaimu…

Ku mengerti arti hidup

Tanpamu…

bagai malam tak berbintang

Mungkin jika kau tinggalkanku..

Bagai bumi tanpa matahari terasa gelap dan mati

Kasih jangan pernah tinggalkan aku…..

Ditulis dalam Puisi. Leave a Comment »

BAPAK BUPATI YANG TERHORMAT

Suatu hari sebuah pesantren di Jawa Timur kedatangan Bupai setempat. Pak Kiyai pesantren itu cukup akrab dengan Pak Bupati, sehingga tidak saja kedatangan pejabat itu disambut denagn hangat olehnya, bahkan percakapan antara keduanya pun berlangsung tanpa formalitas yang kaku.

Pak Kiyahi memberi kesempatan kepada Pak Bupati untuk berceramah kepada santri dan guru. Maka terjadilah sedikit adegan yang walaupun santai dan rileks namun amat menarik dan mengandung makna yang kiranya patut kita renungkan. Dalam ceramahnya, setelah mengucapakn salam Pak Bupati memulai denagn kalimat yang kedengaran wajar dan semestinya saja. Katanya “Bapak Kiyahi yang saya hormati…” Tiba-tiba Pak Kiyahi berdiri dan menghampiri microfon dan lalu berkata, “Nanti dulu, Pak Bupati! “Saya memang sudah tahu bahwa Pak Bupati menghormati saya, dan untuk itu saya ucapkan terimakasih. Tapi, soalnya, apakah saya ini memang terhormat, ataukah hanya kebetulan di hormati oleh Pak Bupati? Dan kalau saya memang terhormat, mengapa Pak Bupati tidak mengatakan saja, Bapak Kiyahi yang terhormat? Dan saya tidak peduli apakah Pak Bupati atau oarang lain menghormati saya atau tidak, kalau memang benar-benar saya ini terhormat, dan tidak sekedar kebetulan dihormati orang tertentu saja!”

Maka Pak Bupatipun, dengan penuh pengertian, meralat ucapannya, dan dia pun berkata, Bapak Kiyahi yang terhormat…Demikian pula pak Kiyahi, ketika gilirannya tiba untuk memberi sambutan,setelah salam dia memulai denaan ungkapan penuh tulus, Bapak Bupati yang terhormat… (Bukannya, “Bapak Bupati yang saya hormati…”) Dan Pak Kiyahi masih merasa perlu menerangkan perihal hormat-menghormati ini. Dijelaskannya bahwa dengan mengatakan Bapak Bupati yang terhormat, Pak Kiyahi hendak menunjukkan suatu kualitas pada Pak Bupati tergantung kepada siapapun, termasuk kepada Pak Kiyahi sendiri. Karna itu Pak Bupati tidak usaha mengharap penghormatan oarang tertentu sebab kehormatan Pak Bupati itu melekat pada diri Pribadi Pak Bupati, tanpa peduli sikap oarang lain kepadanya.

Pak Kiyahi malah mengatakan bahwa dia sedikit tersinggung dengan ucapan, Bapak Kiyahi yang saya hormati. Sebab seolah-oalh dia mengharap di hormati oleh Bapak Bupati, atau kehormatan Pak Kiyahi itu ada hanya karena dihormati oleh Pak Bupati. Apalagi dalam bahasa-bahasa asing, seperti arab atau inggris tidak ada ungkapan yang sepadan dengan “…Yang saya hormati.” Hanya ada yang sepadan dengan”…Yang terhormat.”

Para Kiyahi memang sering menunjukkan kepekaan dan kehalusan perasaan yang menakjubkan. Karena merenungi berbagai segi ajaran agama secara mendalam, juga karena pergaulan yang akrab denagn masyarakat luas, para kiyahi sering mampu menangkap hal-hal dalam hidup ini yang tidak tertangkap oleh orang kebanyakan. Dalam hal kehormatan itu, misalnya, para kiyahi tidak mengharap agar orang menghormatinya. sebab mereka yakin bahwa kehormatan itu hanya datang dari Allah, karena adanya itikad baik dan amal saleh. Firman Allah, “Dan barang siapa menghendaki kehormatan, maka (ketahuilah bahwa) kehormatan itu seluruhnya milik Allah. Kepada-nya menaik perkataan (itikad) yang baik dan Dia pun menjunjung amal yang saleh…” (QS. Fathir/35:10). Tentu saja firman itu tidak hanya berlaku bagi kiyahi, tapi juga bagi semua kita orang yang beriman.

CIRI ANAK PENGGUNA NARKOBA

Ciri umum anak pengguna narkoba

1. Merokok pada usia remaja dini2. Cenderung menarik diri dari acara keluarga dan lebih senang mengurung dikamar3. Bergaul dengan teman hingga larut malam bahkan jarang pulang kerumah4. Sering bersenang-senang di pesta, diskotek maupun kumpul di mall5. Mudah tersinggung, egois, dan tidak mau diusik oleh orang tua atau keluarga6. Menghindar dari tanggung jawab yang sesuai, malas menyelesaikan tugas rutin dirumah7. Prestasi belajar menurun, sering bolos atau terlambat kesekolah8. Perilaku mulai menyimpang seperti kenakalan remaja, mencuri, pergaulan seks bebas dan berkelompok dengan teman yang suka mabuk-mabukan

Remaja yang berisiko lebih besar untuk menjadi penyalahguna Napza

Ciri-ciri remaja yang mempunyai risiko lebih besar untuk menjadi penyalahguna Napza diantaranya :
– Kurang giat belajar atau malas
– Kurang cerdas (IQ 70-90)
– Sulit konsentrasi atau mudah terpengaruh
– Kurang percaya diri, rendah diri, citra diri negatif
– Mudah kecewa dan mudah agresif atau destruktif
– Hiperaktif dan bengal
– Mudah depresi
– Merokok sejak usia SD
– Suka berbohong, mencuri dan melawan tata tertib
– Suka hal-hal yang berbahaya
– Suka meberontak, melawan orang tua atau guru
– Identifikasi dan kabur atau tidak mantap
– Kurang keimanan

Sekapur sirih Napza dan Ancaman Bagi Kaum Remaja

Napza merupakan singkatan Narkotika, Psikotropika dan Zat adiktif lainnya yang bekerja pada pusat penghayatan kenikmatan otak sebagaimana kenikmatan sensasi, makan, dan stimulasi seksual. karena itu sering muncul dorongan kuat menggunakan Napza untuk memperoleh kenikmatan lahir dan batin atau euphoria.
Semakin luas Napza mempengaruhi pusat-pusat penghayatan kenikmatan seseorang maka semakin kuat pula potensi ketergantungan yang akan ditimbulkan

Pada umumnya Napza merupakan ancaman bagi kaum remaja mengapa? Karena remaja berusia 15 – 16 tahun sedang mengalami perkembangan fisik, psikologi maupun sosial yang pesat yang dapat merupakan pencetus remaja mencoba, menggunakan bahkan kecanduan Napza.

Pertumbuhan fisik yang cepat membentuk ciri utama yaitu mereka merasa sudah bukan anak kecil lagi namun sesungguhnya mereka belum dewasa baik secara mental, emosional maupun spiritual.
Mereka sangat ingin tampil layaknya orang dewasa bahkan ingin memperoleh identitas pribadi. Namun pada kenyataannya mereka mudah ikut trend dan terbawa teman dalam pergaulan sehari-hari. Apalagi bila orangtua terlalu menuntut tanggung jawabnya sebagai orang yang dewasa maka dapat menimbulkan kecemasan dan kebingungan dalam diri mereka.

Kemampuan intelektual yang berkembang pesat menimbulkan rasa ingin tahu mereka yang besar sekali termasuk ingin mencoba-coba Napza dan seks. Misalnya merokok dan menghisap ganja. Pada umumnya merekok dan minum alkohol dipandang sebagai lambing kedewasaan. Keinginan mengurangi ikatan secara emosional dengan orangtua membuat remaja sering berbohong terutama jika sedang menghadapi kesulitan (personal fable).
Bila faktor pengawasan orangtua amat berkurang maka gerak-gerik mereka kurang terawasi dengan baik.

Dalam menghadapi perubahan sosial khususnya dalam upaya melonggarkan ikatan orang tua, remaja kerap membutuhkan teman sebaya, termasuk lawan jenisnya. Remaja sangat bangga jika berkelompok walaupun ada aturan atau norma yang tidak baik yang sulit ditolaknya. Namun, walaupun berkelompok mereka belum memiliki mental yang kuat untuk menghadapi tekanan persaingan dan monotonnya kehidupan sehari-hari. Napza terlihat sangat menarik, menyenangkan dan seolah-olah menjadi jalan pintas untuk melarikan diri dari keadaan stress dan kebosanan sehari-hari.
Alkohol dan ganja tidak hanya digunakan untuk rekreasi akhir pecan namun juga dipakai sepanjang pekan. Begitu pula dengan shabu atau metamphetamine dan heroin sudah jadi akrab dan terkenal dikalangan remaja.

Orangtua yang ketat atau banyak memberi aturan dan larangan pada anak remajanya dapat menimbulkan sikap memberontak antara lain justru dengan menggunakan Napza yang sudah pasti dilarang orangtua.
Ciri-ciri remaja yang mempunyai resiko lebih besar untuk menjadi penyalahguna Napza :
§ Kurang giat belajar atau malas
Kurang cerdas (IQ : 70 – 90)
§
Kurang
§ percaya diri, rendah diri, citra diri negative
Sulit konsentrasi/mudah
§ terpengaruh.
Mudah kecewa dan menjadi agresif atau destruktif
§
§ Hiperaktif dan bengal
Mudah depresi
§
Merokok sejak usia SD
§
Suka
§ berbohong, mencuri, melawan tata tertib.
Suka hal-hal berbahaya
§
Suka
§ memberontak, melawan orangtua atau guru
Identifikasi diri kabur atau tidak
§ mantap
Kurang menghayati aspek keimanan.

Faktor orangtua yang ikut berperan menjadi pencetus remaja menjadi penyalahguna Napza adalah orangtua yang :
Kurang komunikatif dengan anak§
Terlalu menuruti kemauan anak
§ (permisif)
Terlalu mengatur dan menuntut anak berprestasi
§
Tidak
§ sepaham dalam hal mendidik anak
Tidak konsisten dengan janji-janji
§
§ Kurang harmonis, sering bertengkar, berselingkuh.
Kurang menanamkan etika
§ perilaku baik buruk, boleh atau tidak boleh dilakukan.
Ada anggota keluarga
§ lain yang juga menjadi penyalahguna Napza.

Lingkungan sekolah yang dapat mendorong terjadinya penyalahgunaan Napza antara lain :
Sekolah yang kurang

§ disiplin dan tidak tertib.
Sering tidak ada pelajaran pada waktu jam
§ sekolah.
Pelajaran yang diberikan membosankan.
§
Guru kurang pandai
§ mengajar.
Guru kurang pandai berkomunikasi dengan siswa.
§
Sekolah tidak
§ punya atau kurang memiliki fasilitas untuk menampung dan menyalurkan kreatifitas siswa.

Kondisi dalam masyarakat juga mempengaruhi perilaku remaja yang berkaitan dengan penyalahgunaan Napza. Faktor-faktor tersebut diantaranya :
§ Napza mudah diperoleh.
Harga Napza semakin murah
§
Adanya sikap tak acuh
§ sehingga seolah-olah membiarkan remaja menyalahgunakan Napza.

Sudah saatnya penanggulangan masalah Napza harus terpadu meliputi hal-hal :
1. Pengurangan suplai
(supply reduction)
penegakan hukum yang tegas terutama bagi para bandar dan pengedar Napza.

2. Pengurangan permintaan
(demand reduction)
Aneka penyuluhan dan pemberian informasi agar remaja tidak mencoba-coba Napza.

3. Pengurangan dampak buruk
(harm reduction)
Bagi mereka yang sudah terlanjur menjadi IDU (intervenous drug users) dengan menyediakan jarum-jarum suntik steril atau memberi penyuluhan cara-cara disinfeksi jarum suntik agar dapat membatasi penyebaran virus HIV. Namun sebaiknya segera berobat dan tidak lagi menyalahgunakan Napza.

Katakan yang benar, meskipun PAHIT

Sebuah sabda Nabi saw yang sering dikutip oleh para mubaligh ialah “Qul al-haqq wa law kana murran” (katakan yang benar walaupun pahit). Sabda Nabi memperingatkan kepada kita semua bahwa kebenaran harus ditegakan, meskipun dengan resiko yang berat. Sejalan dengan itu sabda tersebut secara tersirat juga menunjukan bahwa mengatakan sesuatu yang benar tidaklah selalu mudah, karena kebenaran yang kita ungkapkan itu dapat berakibat memakan atau mengenai diri kita sendiri.
Maka sabda Nabi agar kita mengatakan yang benar walaupun pahit itu dapat diartikan agar kita mengatakan apa yang benar tentang diri sendiri atau tertuju pada diri sendiri. Sebab umumnya orang memang merasa berat untuk, atau terasa pahit untuk mengungkapkan bagaimana keadaan diri sendiri yang sesungguhnya.Misalnya mengakui kesalahan diri sendiri sungguhlah tidak ringan, karena itu kemampuan untuk mengakui kesalahan diri sendiri itu sudah cukup menunjukan kebesaran jiwa dan keteguhan hati. Sebab hanya orang-orang yang benar-benar mantap kepada harga diri sendirinya saja yang mampu dan sanggup dengan ringan mengakui kesalahannya jika dia memang salah.
Kita akan dapat memahami lebih baik sabda Nabi jika kita kaitkan dengan sabda Nabi yang lain yang hampir senada. Yaitu sabdanya, “Thuba li man syaghalahu ‘aybuhu ‘an ‘uyub al-nas” (Beruntunglah orang yang banyak mencari kesalahan diri sendiri, dan bukannya mencari-cari kesalahan orang lain). Seolah-olah Rasulullah mengingatkan kita semua akan kebenaran pepatah Melayu “Kuman diseberang lautan nampak, gajah bertengger dipelupuk matatidak tampak”. Yang melukiskan betapa manusia sering mampu melihat kesalahan orang lain biar sekecil apapun, namun lupa akan kesalahan sendiri biar sebesar apapun. Bagi umumnya orang mencari dan melihat kesalahan orang lain adalah “manis” dan menyenangkan, sedangkan mencari dan menyadari kesalahan diri sendiri adalah “pahit”, membuat pilu di hati. Jadi peringatan Nabi agar kita mengatakan yang benar meskipun pahit akan lebih baik jika pahami dalam rangka peringatan Beliau supaya kita lebih banyak menyadari kesalahan diri sendiri serta mawas diri, sebagaimana beliau sabdakan “Hasibu anfusakum qabla an tuhasabu” (Adakanlah perhitungan kepada diri kamu sendiri, sebelum kami dibuat perhitungan nanti di akhirat). kita mengetahui bahwa kemampuan mawas diri adalah tangga bagi peningkatan kepribadian kita.

Kemampuan intropeksi diri memerlukan rasa keadilan. Hanya orang yang mempunyai rasa keadilan yang tinggi yang mampu melakukan mawas diri atau muhasabah al-nafs. Sebab rasa keadilan yang tinggi itu yang membuat kita sanggup melihat segi kelemahan diri kita dan mengakuinya, di samping sanggup melihat segi kelebihan orang lain dan mengakuinya. Berkaitan dengan ini ada pesan Ilahi dari Kitab Suci, yang artinya, “Wahai sekalian yang beriman! Jadikanlah kamu semua orang yang teguh memegang keadilan, sebagai saksi-saksi bagi Allah, sekalipun mengenai diri kamu sendiri, atau kedua orang tua dan kerabat” (QS. Al Nisa/4:135). Sungguh berat intropeksi, namun itulah jalan terbaik menuju peningkatan diri.

Nurcholis Majid, Pintu-pintu Menuju Tuhan, Paramadina 2004

Iman Tak Cukup Hanya “PERCAYA”

Dalam Kitab Suci dapat diketahui dengan pasti bahwa ternyata tidak cukup seorang disebut beriman hanya karena dia “percaya” akan adanya Allah atau Tuhan yang menciptakan langit dan bumi. Ini dapat kita simpulkan, misalnya dari firman : “Dan jika engkau (Muhammad) bertanya kepada mereka (kaum musyrik), Siapa yang menciptakan langit dan bumi ? Pasti mereka akan menjawab Allah. Maka bagaimana mereka dapat terpalingkan (dari kebernaran) ?” (QS al-Zukhruf/43:87)

Ayat suci yang bernada seperti itu cukup banyak dalam Al-Qur’an yang kesemuanya menggambarkan bahwa penduduk Makkah yang menentang Nabi percaya adanya Allah, Tuhan Maha Pencipta (Khaliq) yang menciptakan langit dan bumi. Namun sama sekali mereka tidak disebut sebagai kaum yang beriman, bahkan dengan tegas dikutuk sebagai kaum musyrik. Ini menunjukan adanya sesuatu yang sangat penting yang harus ada disamping sikap percaya akan adanya Allah swt. Sebabnya ialah meskipun penduduk Makkah zaman itu “percaya” akan adanya Allah, namun mereka itu tidak “mempercayai” Allah itu. Sebaliknya mereka lebih “mempercayai” berhala-berhala mereka, sehingga kepada berhala-berhala itulah mereka minta perlindungan, pertolongan, keselamatan dan sebagainya. Dan persis inilah yang disebut syirik, sikap “mempercayai” sesuatu selain Allah sendiri sebagai bersifat ketuhanan (ilahi), kemudian memperlakukan sesuatu selain Allah sama dengan perlakuan kepada Allah yang sebenarnya, seperti menyembah, misalnya. Jadi bagi mereka Allah mempunyai “syirk” (syarik) dan sebutan “musyrik) untuk pelakunya.

Maka dalam sistem peristilahan bahasa kita, persoalannya adalah bahwa kita tidak cukup hanya “percaya” kepada Allah (seperti orang-orang Makkah dahulu), tetapi harus pula     “mempercayai Allah itu dalam kualitas-Nya sebagai satu-satunya yang bersifat keIlahian dan Ketuhanan, dan sama sekali tidak memandang adanya kualitas serupa kepada sesuatu apapun yang lain. Selanjutnya, dan sebagai konsekuensinnya, karena kita “mempercayai” Allah, maka kita harus bersandar sepenuhnya kepada Allah. Allah-lah tempat menggantungkan harapan, kita optimis kepada Allah, berpandangan positif kepada Allah, menaruh kepercayaan kepada Allah, dan “bersandar” (tawakal) sepenuhnya kepada Allah.

Jika kita berhasil mewujudkan ini semua dalam diri kita, maka kita benar-benar telah bertauhid.

Cinta Pertamaku

Kisah cintaku berawal ketika aku duduk dibangku Sekolah Menengah kelas 3. Ceritanya di kelas 3 yang pada waktu itu aku di III D, aku bareng ama cewek yang menjadi sainganku dalam mengejar rangking. Sebut saja namanya Irma. Anaknya cukup cantik juga dan berasal dari keluarga yang cukup mapan. Awalnya aku gak punya perasaan yang spesial padanya. But pada pertengahan semester ketika pengumuman habis semesteran, Irma dapet rangking 2 dan akunya di rangk I, namun dengan selisih nilai yang sangat ketat. Aku mulai penasaran, siapa cewek ini. Bagaimana cara dia belajar, trus seabrek rasa yang lainnya…. Dari sekedar curi pandang, pasang aksi akhirnya sampe juga kirim-kirim surat. Perjalanan cinta pertama ini berakhir sampe kami tamat dan pisah sekolah. Aku melanjutkan ke SMA dan dianya ke SMK.
Cerita cinta selanjutnya adalah lika-liku di SMA. Masa ini mungkin bagi kebanyakan cowok atau remaja merupakan masa yang paling menggembirakan, but bagi aku kayaknya biasa aja. Gak ada yang spesial banget. Justru masa ini merupakan masa yang cukup membuat bathin dan perasaan aku tertekan berat. Gemana ya kisahnya, tunggu cerita berikutnya…..

Ditulis dalam Kisah Cinta. 5 Comments »

Mengapa harus Dusta,

Manusia adalah makhluk yang diciptakan Allaj swt paling sempurna diantara makhluk ciptaan Allah yang lainnya. Manusia dibekali dengan akal pikiran, yang dengan akal ini diharapkan manusia bisa menelaah lebih jauh dan lebih matang tentang makna kehidupan ini. Untuk apa dia diciptakan, dan kemana setelah dia kembali kepada Sang Khaliqnya. Dalam perjalanan kehidupan ini seringkali kita dihadapkan kepada kenyataan pilihan, antara berkata jujur sesuai dengan kata hati nurani atau malah berdusta yang notabene dilarang Allah, tapi menguntungkan bagi posisi kita. Seringkali kita mengingkari kata hati kita, sering kali kita lebih banyak memilih kata ego kita. Walaupun itu harus dengan ber DUSTA. Ya.., dusta. Sebuah kata yang mungkin cukup akrab di telinga kita, dan memang disadari atau tidak kita sering melakukannya. Mengapa harus dusta…???
Sering kita dengar, katakan dengan jujur walaupun itu sangat menyakitkan hati kita atau malah lebih parah lagi membahayakan posisi kita. Namun dalam kenyataan hidup, kita justru lebih banayk memilih dusta untuk menyelamatkan posisi dan jabatan kita. Masih barang yang teramat langka menemukan sosok yang mampu berkata tidak untuk ketidakadilan dan ketidakjujuran. semua berpulang kembali pada hati nurani kita. Seberapa beranikah kita mengikuti kata kebenaran dari nurani kita.

Shalat Merupakan Perjalanan Ruhani menuju Allah SWT

Shalat adalah proses perjalanan spiritual yang penuh makna yang dilakukan oleh seorang hamba untuk dapat menemui Sang Penciptanya. Shlat dapat menjernihkan jiwa dan mengangkat pelaksana shalat untuk dapat mencapai taraf kesadaran yang lebih tinggi dan menggapai pengalaman puncak spiritual.
Shalat memiliki kemampuan untuk dapat mengurangi kecemasan, karenaterdapat lima unsur didalamnya, yaitu :
a. Meditasi atau doa yang teratur, minimal lima kali dalam satu hari.
b. Relaksasi melalui gerakan-gerakan shalat.
c. Hetero atau auto sugesti dalam bacaan shalat.
d. Group therapy dalam shalat berjama’ah
e. Hydro therapy dalam mandi junub atau wudhu’ sebelum shalat
Shalat adalah salah satu ibadah yang berkaitan dengan meditasi transcendental, yaitu mengarahkan jiwa kepada satu obyek dalam waktu beberapa saat, seperti halnya dalam melakukan hubungan langsung antara hamba dengan Tuhannya. Ketika shalat ruhani bergerak menuju Dzat Yang Maha Mutlak, pikiran terlepas dari keadaan riil dan panca indera melepaskan diri dari segala macam keruwetan dan kebisingan peristiwa di sekitarnya, termasuk juga keterikatan terhadap rasa sedih, gelisah, gembira dan sebagainya.
Shalat adalah satu cara untuk mengembalikan kesadaran diri yang tertinggi dengan perjalanan mi’raj yaitu menuju kepada ketinggian Ilahi yang luas sehingga kesadaran ruhani kembali kapada kedudukannya sebagi duta Ilahi (khalifatullah) yang membawa pesan-pesan ilahiyah.
Pada saat shalat, seluruh syaraf …. (bersambung)

Shalat Khusyu’, mungkinkah…?

Kedengaran aneh jika membaca judul di atas, dan pikiran kita akan langsung menjawab, why not, kenapa tidak. Yach…sebenarnya kita memiliki kemampuan psikis secara bathiniah sebagai bekal untuk menghadapi berbagai tantangan dalam menjalani kehidupan ini, namun satu pertanyaan yang muncul kemudian adalah sudahkah kita serius untuk menggali dan mengembangkannya?
Kemampuan dan potensi yang ada itu sebenarnya dapat diatur dan dikembangkan dengan mudah melalui sebuah teknik shalat yang sederhana, shalat khusyu’.
Selama ini shalat dianggap sebagai sesuatu yang memberatkan bagi pelakunya. Ini disebabkan karena kita tidak atau belum mengetahui dan merasakan ketinggian spiritual yang ada di dalam shalat, sehingga sering muncul dalam benak kita bahwa shalat terasa menjemukan dan memberatkan, tidak membuat hati lebih tenang. Atau orang Jawa bilang shalat tidak memiliki gereget yang mampu mempengaruhi mental kita untuk menjadi lebih baik dan menyenangkan.
Sejak kecil kita tidak diajarkan bagaimana cara meraih rasa khusyu’ dalam shalat, yang ada adalah kita hanya diajarkan dan disuruh menghafal bacaan dan gerakan-gerakan raka’at tanpa ruh. Sampai-sampai berlangsung perlombaan adu cepat dalam melaksanakan shalat tarawih di bulan Ramadhan. Siapa imam yang paling cepat selesai shalatnya di situ akan diserbu oleh para makmum. Apakah dengan shalat seperti ini akan dapat mencegah kita, manusia dari perbuatan keji dan mungkar? Temukan jawaban komplitnya dengan mengikuti bab demi bab dalam buku “Pelatihan Shalat Khusyu’, Salat sebagai Meditasi Tertinggi dalam Islam, karya Abu Sangkan.
Selamat membaca dan raihlah kedamaian yang memukau perasaan anda dengan shalat secara khusyu’.

Jadikanlah sabar dan shalat sebagai penolongmu. Dan sesungguhnya yang demikian itu sungguh berat, kecuali bagi orang-orang yang khusyu’. (Al Baqarah 2: 45)

Referansi :
Abu Sangkan, Pelatihan Shalat Khusyu’, Yayasan Shalat Khusyu’, 2007